19 September 2009

Hal yang harus ditempuh

Telah kita sama-sama lewati satu bulan penuh dalam berpuasa bagi umat muslim yang menjalankan ibadah puasa ini. Dibalik satu bulan penuh yang setiap umat muslim tunggu-tungu ini pasti ada beberapa cerita yang dapat kita ambil maknanya.
Saya pernah meng update status saya di facebook dimana saya merasakan suatu kejadian yang saya kira saya mengalami kesialan tapi ternyata saya diberi kesempatan untuk memberikan bantuan kepada orang lain. Begini, suatu sore jam menunjukan jam 4 sore, dimana saya minta ijin pulang lebih awal dari Klinikita karena sore itu ada arisan di tetangga saya. Saya berusaha untuk menepati waktu untuk dapat hadir, tetapi dalam perjalanan pulang, terlihat kemacetan di perjalanan, setelah diketahui ternyata telah terjadi kecelakaan lalu lintas. Banyak kaca yang berserakan dan serpihan dari bagian kendaraan di tengah jalan. Saya berhati-hati mengendalikan mobil saya agar tidak menginjak serpihan tersebut, tetapi ternyata roda mobil saya tetap menginjak serpihan tersebut,dan alhasil ban mobil saya langsung kempes ditengah jalan. Kemudian saya tepikan dan saya coba ganti dengan ban serepnya.Tetapi ternyata ban serepnya yang lama saya tidak cek juga kempes.Ahkirnya saya berjalan membawa ban serep tersebut ke tempat tambal ban dan di pompalah ban tersebut.
Setelah saya perhatikan ban tersebut ternyata ban tersebut masih kempes, ahkirnya saya cepat-cepat pasang ban serep tersebut dan ke toko ban untuk beli ban baru. Di toko ban ternyata tidak hanya saya yang mengalami ban bocor. Ada pelanggan lain yang mengalami musibah. Kedua ban mobilnya pecah. Dan ternyata dia bawa mobil rekannya, untuk beli 2 ban dia tidak bawa uang, dan ahkirnya dia meminta saya untuk membeli ban bekas yang saya ganti. Saya bilang bahwa bannya kempes tidak diketahui sebabnya, walau masih bagus luarnya.
Ahkirnya sama pegawai toko ban tersebut ban itu diberi ban dalam dan dapat dipergunakan lagi. Ternyata dibalik semua itu, Allah memberikan kesempatan kepada saya untuk membantu orang lain yang mengalami kesulitan. Untuk membantu orang lain ternyata harus melewati kejadian-kejadian yang kita tidak sangka, begitupun juga di Klinikita, kami mengangap tidak ada hal yang kebetulan. Pasti ada maknanya kelak.
Selamat idul Fitri, mohon maaf lahir dan bathin

09 September 2009

Refleksi KLINIKITA

Saya bangga menjadi bagian dari TIM KLINIKITA

Waktu telah berjalan bahkan berlari dengan cepatnya, Saya bahkan tidak menyadari bahwa banyak hal yang telah terjadi. Tertawa, sedih , gembira dan berbagai luapan emosi lainnya sering mendampingi saya dalam mengelola Klinikita yang saya temukan dari praktek dokter pribadi saya tahun 2003.Untuk menciptakan organisasi dengan TIM yang sekarang terdiri lebih dari 30 orang didalamnya tidaklah semudah yang saya kira.

Dahulu saya berpraktik mandiri, dan itupun tidak langsung berhasil, saya harus membuka praktik di tepi kota dekat kuburan untuk mengantikan praktik dokter om saya, saya harus melewati saat menunggu klien datang bersama pemilik rumah yang dikontrak untuk ruang praktik. Dan Pemilik rumahpun tidak tinggal diam, tetapi beliau mendekati saya untuk ikut dalam bisnis MLM-nya, dan saya belajar dari beliau tentang MLM dan menjual walau tidak pernah ikut dalam bisnisnya.

Sebelum saya praktik mandiri saya juga harus melewati praktik di klinik 24 jam dekat sungai, di dekat pengepul majalah/buku bersama mbak Pur pada waktu itu dan di klinik-klinik 24 jam lainnya di Semarang. Saya merasa senang jaga disana karena saya ingin belajar membuat klinik suatu saat nanti, pada saat bulan ramadhan seperti ini saya selalu sahur di rumah makan padang yang buka 24 jam didekat rumah sakit. Dan berbuka puasa di warung makan depan klinik bersama pedangan kaki lima dan tukang becak.Saya amati pemilik warung yang sudah tua dan dibantu satu orang, mungkin anaknya. Pengunjung warung makan disana yang rata-rata seprofesi kelihatan lahap sekali, memang warung makan itu murah sehingga rame walau tempatnya seadanya dan kurang bersih, dan yang saya kagumi disana pengunjung warung itu selalu mengambil makanan disesuaikan dengan uang yang dibawanya, tidak ada niatan untuk ngebon ataupun berbohong mengambil makanan, dan penjualnya pun tidak pernah mencurigai kepada pengunjungnya apakah berbohong atau tidak. Dan suasana tampak akrab saling mengenali karena merasa satu nasib satu profesi yakni tukang becak dan tukang jualan asongan. Pada saat itu saya berpikir suatu saat saya harus dapat membina organisasi modern yang mempunyai jiwa kebersamaan seperti di warung ini. Pelanggan yang dapat mengukur kemampuannya sendiri secara jujur dan pengelola yang besar hati dimana tidak berorientasi kepada keuntungan semata dan mempercayai dan memahami kebutuhan pelangannya.

Begitupun di KLINIKITA ini, saya mencoba membangun KLINIKITA dengan filosofi warung makan itu, dimana pada hakekatnya manusia itu baik dan jujur. Filosofi yang membuat pelayanan melebihi dari harapan, dan filosofi yang membuat organisasi berkembang ke arah kemakmuran. Di Klinikita bukan masalah keun tungan atau jumlah gerai kita yang banyak, tetapi masalahnya bagaimana saya dan Tim Klinikita ini dapat mewujudkan pelayanan yang timbul dari dalam hati, pelayanan yang memandang kebersamaan, kesesuaian dan rasa yang mendalam.

Saya mempunyai impian dimana Klinikita sebagai keluarga ke tiga, setelah keluarga inti dan keluarga besar. Keluarga yang dapat memahami, keluarga yang dapat saling berbagi dan keluarga yang mengutamakan kemakmuran bersama. Klinikita di desain hanya menerima mitra-mitra yang memlilki jiwa melayani, dan yang saya harapkan kepada setiap mitra yang ada di Klinikita itu mau dan mampu memahami akan kebutuhan orang lain dan mau melibatkan diri untuk melayani kebutuhan yang timbul untuk kebaikan dan kemakmuran bersama.
Setelah 6 tahun saya membangun Klinikita; dimana 2 tahunnya saya melakukan praktek mandiri ; saya bangga telah mencapai keadaan seperti ini, dimana saya telah dibantu oleh mitra-mitra terpilih untuk menyongsong keluarga yang sejahtera. Telah banyak sumberdaya baik waktu, keuangan dan hubungan antar personal yang dilibatkan dalam membangun Klinikita ini. Dan Saya hanya ingin rekan mitra Kerja di Klinikita memahami, bahwa saya masih berusaha menemukan suatu cara yang tepat dalam mengelola Klinikita ke jenjang berikutnya dimana Kemakmuran di dalamnya tercapai dengan baik,

Seperti halnya rambut kita, jika satu helai rambut akan mudah dicabut tetapi jika satu genggam rambut akan susah sekali dicabut dan akan dirasakan sakit bagi kulit kepalanya. Jika saya diibaratkan helai rambut yang satu tersebut, saya akan mudah sekali tercabut dari dunia pelayanan kesehatan ini, tetapi jika diibaratkan saya dengan mitra kerja di Klinikita ini bersatu membentuk segenggam rambut, maka organisai Klinikita ini tidak mudah untuk dicabut dan seandainya dapat dicabutpun maka akan menimbulkan rasa tidak nyaman bagi lingkungan yang ditinggalkannya. Maka dari itu saya berharap kepada semua rekan sekerja di Klinikita untuk selalu dapat menekankan kebersamaan dan selalu menekankan kekompakan dalam bekerja. Walau ada rekan sekerja mengalami cobaan maka jangan sungkan-sungkan untuk menawarkan bantuan agar cobaan itu dapat dilalui dengan baik dan menghasilkan suatu keputusan yang baik bagi masa depannya.
Selamat berjuang untuk melayani dan selamat menjadi bagian dari tim yang sedang menuju Kemakmuran bersama !